BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Setiap manusia memiliki keunikan dan ciri khas tersendiri, tidak ada
manusia yang persis sama. Dari sekian banyak manusia, ternyata masing-masing
memiliki keunikan tersendiri. Seorang individu adalah perpaduan antara faktor
fenotip dan genotip. Faktor genotip adalah faktor yang dibawa individu sejak
lahir, ia merupakan faktor keturunan, dibawa individu sejak lahir. Kalau
seseorang individu memiliki ciri fisik atau karakter sifat yang dibawa sejak
lahir, ia juga memiliki ciri fisik dan karakter atau sifat yang dipengaruhi
oleh faktor lingkungan (faktor fenotip). Faktor lingkungan (fenotip) ikut
berperan dalam pembentukan karakteristik yang khas dari seseorang. Istilah
lingkungan merujuk pada lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Ligkungan fisik
seperti kondisi alam sekitarnya. Lingkungan sosial, merujuk pada lingkungan di
mana eorang individu melakukan interaksi sosial. Kita melakukan interaksi
sosial dengan anggota keluarga, dengan teman, dan kelompok sosial yang lebih
besar.
Karakteristik yang khas dari seeorang dapat kita sebut dengan kepribadian.
Setiap orang memiliki kepribadian yang berbeda-beda yang dipengaruhi oleh
faktor bawaan genotip dan faktor lingkungan (fenotip) yang saling berinteraksi
terus-menerus. faktor lingkungan (fenotip) ikut berperan dalam pembentukan
karakteristik yang khas dari seeorang.
B.
Rumusan
Masalah
Dari latar belakang yang
telah dikemukakan di atas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai
berikut :
1.
Apakah yang dimaksud
manusia sebagai makhluk individu dan social?
2.
Apakah peranan manusia
sebagai makhluk individu dan social?
C.
Tujuan
Adapun tujuan yang ingin
dicapai dal penyusunan makalah ini, yakni sebagai berikut :
1.
Memperluas wawasan mengenai
manusia sebagai makhluk individu dan social .
2.
Mampu mengetahui apa yang
dimaksud manusia sebagai makhluk individu dan social menurut Agama Hindu.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Manusia sebagai Makhluk Individu
Individu berasal
dari kata in dan devided. Dalam Bahasa Inggris in salah
satunya mengandung pengertian tidak, sedangkan devided artinya
terbagi. Jadi individu artinya tidak terbagi, atau satu kesatuan. Dalam bahasa
latin individu berasal dari kata individium yang berarti yang tak
terbagi, jadi merupakan suatu sebutan yang dapat dipakai untuk menyatakan suatu
kesatuan yang paling kecil dan tak terbatas. Manusia sebagai makhluk individu
memiliki unsur jasmani dan rohani, unsur fisik dan psikis, unsur raga dan jiwa.
Seseorang dikatakan sebagai manusia individu mana kala unsur-unsur tersebut
menyatu dalam dirinya. Jika unsur tersebut sudah tidak menyatu lagi maka
seseorang tidak disebut sebagai individu. Dalam diri individi ada unsur jasmani
dan rohaninya, atau ada unsur fisik dan psikisnya, atau ada unsur raga dan
jiwanya.
B.
Manusia sebagai Makhluk sosial
Manusia sejak awal kelahirannya adalah sebagai makhluk
sosial (ditengah keluarganya). Makhluk yang tidak dapat berdiri sendiri tanpa
bantuan orang lain. Manusia memerlukan mitra untuk mengembangkan kehidupan yang
layak bagi kemanusiaan. Sebagai individu, manusia dituntut untuk dapat mengenal
serta memahami tanggung jawabnya bagi dirinya sendiri, masyarakat dan kepada
Sang Pencipta.
Meskipun banyak spesies berprinsip sosial, manusia sebagai makhluk sosial
akan membentuk kelompok berdasarkan ikatan / pertalian genetik,
perlindungan-diri, atau membagi pengumpulan makanan dan penyalurannya, manusia
dibedakan dengan rupa-rupa dan kemajemukan dari adat kebiasaan yang mereka bentuk entah untuk kelangsungan
hidup individu atau kelompok dan untuk pengabadian dan perkembangan teknologi, pengetahuan, serta kepercayaan. Identitas kelompok, penerimaan dan dukungan dapat
mendesak pengaruh kuat pada tingkah laku individu, tetapi manusia juga unik
dalam kemampuannya untuk membentuk dan beradaptasi ke kelompok baru.
Manusia sebagai makhluk sosial artinya manusia sebagai
warga masyarakat. Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat hidup sendiri
atau mencukupi kebutuhan sendiri. Meskipun dia mempunyai kedudukan dan
kekayaan, dia selalu membutuhkan manusia lain. Setiap manusia cenderung untuk
berkomunikasi, berinteraksi, dan bersosialisasi dengan manusia lainnya. Dapat
dikatakan bahwa sejak lahir, dia sudah disebut sebagai makhluk sosial.
C. Manusia sebagai Makhluk
Individu dan Makhluk Sosial
Manusia adalah makhluk
individu dan juga makhluk sosial. Sebagai makhluk individu ia mempunyai kemauan
dan kehendak yang mendorong ia berbuat dan bertindak. Dari apa yang
diperbuatnya dan dari sikap hidupnya orang dapat mengetahui pribadi sesorang.
Sebagai makhluk individu manusia ingin hidup senang dan bahagia serta
menghindar dari segala yang menyusahkan. Untuk itu ia berusaha memenuhi
kebutuhan hidupnya, baik kebutuhan jasmani maupun kebutuhan rohani yang dapat
membawa kesenangan dan kebahagiaan dalam dirinya.
Akibat dari hal itu
timbullah hak seseorang akan sesuatau, seperti hak milik akan sesuatu benda,
hak menuntut ilmu, hak menikmati kesenangan dan yang lainnya. Hak itu tidak
boleh diganggu oleh orang lain. Akibatnya orang pun merasa bahwa orang yang
berkuasa atas haknya itu dan insyap juga bahwa ia mempunyai rasa aku.
Keinsyapan ini mendorongnya untuk bertindak sendiri, terlepas dari prngaruh
orang lain. Hidup sebagai mahluk pribadi semata-mata tanpa juga sebagai makhluk
sosial. Manusia hanya dapat hidup dengan sebaik-baiknya dan akan mempunyai
arti, apabila ia hidup bersama manusia lainnya didalam masyarakat. Tidak dapat
dibayangkan adanya manusia yang hidup menyenditi tanpa berhubungan dan bergaul
dengan sesama manusia lainnya. Hanya dalam hidup bersama manusia dapat
berkembang dengan wajar dan sempurna. Hal ini ternyata bahwa sejak lahir sampai
menunggal manusia memerlukan bantuan orang lain untuk kesempurnaan hidupnya.
Bantuan ini tidak hanya bantuan untuk memenuhi kebutuhan jasmanai tetapi juga
untuk kebutuhan rohani. Manusia sangat memrlukan pengertian, kasihsayang, harga
diri, pengakuan, dan tangapan-tangapan emosiaonal yang sangat penting artinya
bagi pergaulan dan kelangsungan hidup yang sehat. Semua kebutuhan ini yang
merupakan kebutuhan rohani hanya dapat ia peroleh dalam hubungannya dengan
manusia lain dalam masyarakat. Inilah kodrat manusia, sebagai mahkluk pribadi
dan juga sebagai makhluk sosial. Tidak ada seorangpun yang dapat mengingkari
hal ini karena ternyata bahwa manusia baru dapat disebut manusia dalam
hubungannya dengan orang lain, bukan dalam kesendiriannya.
Agar hidup ini bisa baik
dan tentram, maka perlu adanya hubungan yang harmonis antara seseorang dengan
seseorang, antara seseorang dengan alam sekitarnya, dan antara seseorang dengan
tuhannya atau yang disebut dengan konsep TRI HITAKARANA. Karena itu
mereka tidak mempunyai ketentraman dalam hatinya. Hal ini akan banyak membawa
kerugian.
Hubungan ini adalah
hubungan antara manusia, tetapi keharmonisan hubungan itu tidak hanya antara
manusia dengan manusia, tetapi harus juga dengan makhluk-makhluk lain dan alam
sekitarnya. Bila kita jatuh sakit menunjukan adanya hubungan yang tidak
harmonis dalam tubuh kita. Keseimbangan kerja alat-alat dalam tubuh kita
terganggu. Akibat terganggu pulalah ketentraman dalam diri kita. Maka perlula
keseimbangan dan keharmonisan kerja tubuh kita dikembalikan. Akhirnya bila
telah seimbang maka akan kembali tentram hidup kita.
Untuk mencapai ketentraman
hidup ini, perlu ada aturan-aturan dalam bertingkah laku. Tak seorangpun boleh
berbuat sekehendak hatinya. Ia aharus menyesuaikan dirinya dengan lingkungan
dan tunduk kepada aturan yang berlaku. Dengan demikian orang hanya bebas
berbuat dalm ikatan aturan tingkah laku yang baik. Aturan untuk bertingkah laku
yang baik disebut tatasusila atau etika. Mengapa manusia harus berbuat baik
kepada yang lain(temasuk mahkluk lain). Agama mengajarkan kepada kita semua
yang ada dialam semesta ini berasal dari satau sumber yaitu Ida Sang Hyang
Widhi Wasa. Jadi semua yang ada ini adalah saudara kita, karena sama-sama
diciptakan oleh Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Jadi yang menjadi dasar dari semua
etika /susila hindu adalah TAT TWAM ASI.
D.
Tri Hita Karana
Tri Hita Karana Merupakan Sebuah Konsep Untuk
Menghasilkan Keharmonisan Yang Sempurna
Istilah tri hita karana memang tidak
disebutkan secara spesifik dalam sloka-sloka Veda. Ia merupakan sebuah konsep
yang lahir dari ajaran-ajaran agama Hindu berhubungan dengan bagaimana
hubungan manusia dengan apa yang ada disekitarnya dan yang menciptakannya. Tri
hita karana popular dengan istilah Parhyangan, Pawongan dan Palemahan. Yaitu
sebagai berikut:
1.
Parhyangan
Parahyangan
adalah hubungan harmonis antara manusia dengan Ida Sang Hyang Widi Wasa /
Brahman sang pencipta / Tuhan Yang Maha Esa. Sebagai Umat beragama atas dasar
konsep theology yang diyakininya khususnya Umat Hindu yang pertama harus
dilakukan adalah bagaimana berusaha untuk berhubungan dengan Sang Pencipta melalui
kerja keras sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Untuk hal ini ditempuh
dengan Catur Marga yaitu empat jalan menuju Sang Pencipta yakni :
- Karma
Marga merupakan
suatu ajaran yang mendorong Umat untuk berbuat semaksimal mungkin untuk
kepentingan orang banyak atau dirinya sendiri berada dalam lingkungan itu.
Apa yang dikerjakannya tersebut di landasi dengan rasa tulus iklas dan
tanpa pamrih. Yang dapat diperbuat dan mempunyai nilai spiritual yang
tinggi adalah membangun dan membantu pembangunan tempat-tempat ibadah baik
melalui memberikan dana punya ( memberikan sumbangan berupa uang atau
bahan-bahan bangunan ), sehingga dapat memperlancar kegiatan pembangunan
tempat-tempat ibadah tersebut dan terwujud dengan baik serta dapat
dimanfaatkan sebagai mana mestinya oleh Umat beragama untuk kegiatan
Keagamaan.
- Bhakti
Marga merupakan
suatu ajaran yang mendorong Umat untuk tulus iklas mengabdi atas dasar
kesadaran pengabdiaan, yang dimaksudkan disini adalah selain berbhakti
kepada Hyang Widi Wasa (Tuhan) juga mengabdi untuk kepentingan masyarakat,
Bangsa, dan Negara.
- Jnana
Marga merupakan
suatu ajaran yang mendorong umat untuk yang mempunyai kemampuan pemikiran
– pemikiran yang cemerlang dan positif untuk disumbangkan secara sukarela
dan tanpa imbalan untuk kepentingan masyarakat, bangsa dan Negara.
- Raja
Yoga Marga merupakan suatu ajaran yang mendorong umat untuk
selalu menghubungkan diri dengan Tuhan melalui kegiatan sembahyang, tapa (
mengikuti untuk tidak melanggar larangan/ pantangan ), brata (
mengendalikan diri ) dan semadi ( selalu menghubungkan diri dengan
berpasrah diri kepada Tuhan melalui berjapa/jikir ).
2.
Pawongan
Pawongan
adalah hubungan harmonis antara sesama umat manusia. Dalam hal ini ditekankan
agar sesama umat beragama untuk selalu mengadakan komunikasi dan hubungan yang
harmonis melalui kegiatan Sima Krama Dharma Santhi / silahturahmi. Dan kegiatan
ini dipandang penting dan strategis mengingat bahwa umat manusia selalu hidup
berdampingan dan tidak bisa hidup sendirian. Oleh karena itu tali persahabatan
dan persaudaraan harus tetap terjalin dengan baik.
3.
Palemahan
Palemahan
adalah hubungan harmonis antara umat manusia dengan alam lingkungannya. Ajaran
ini menekankan kepada umat manusia untuk tetap menjaga kelestarian lingkungan
alam sekitar, sehingga terwujud keharmonisan alam dan tetap terjaganya
keseimbangan ekosistem. Untuk mewujudkan keharmonisan dengan alam lingkungan,
bentuk-bentuk nyata yang dapat dipedomani dan dilaksanakan khususnya bagi Umat
Hindu adalah melalui pengamalan makna Tumpek Uduh, Tumpek Kandang dan Caru (
Bhuta Yajna ) dengan berbagai tingkatannya. Semuanya itu merupakan suatu
tatanan yang mendasar serta mengandung konsep – konsep keseimbangan yang pada
intinya memberikan dorongan untuk menumbuh kembangkan rasa cinta kasih kepada
sesama dan alam lingkungan.
E.
Tat Twam Asi
Tat Twam Asi
mempunyai arti engkau adalah aku dan aku adalah engkau. Makna mendasar yang
dapat dipetik dari Tat Twam Asi tersebut adalah bagaimana menyayangi diri
sendiri demikian juga menyayangi orang lain bahkan lingkungan sekalipun. Atas
dasar itu maka tindakan hormat menghormati sesama umat beragama adalah sangat
diperlukan bahkan harus dilakukan dalam kehidupan sehari-hari baik dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan
uraian yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai
berikut :
1. Manusia sebagai
makhluk individu memiliki unsur jasmani dan rohani, unsur fisik dan psikis,
unsur raga dan jiwa. Seseorang dikatakan sebagai manusia individu manakala
unsur-unsur tersebut menyatu dalam dirinya.
2. Manusia pada
dasarnya merupakan makhluk sosial karena tidak bisa hidup dengan individu,
namun ada kalanya manusia bisa menjadi manusia yang hidup sendiri (individu),
biasanya manusia menjadi makhluk yang individu dikarenakan kepentingan pribadi
yang orang lain tidak boleh mengetahuinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar