TAYANGAN

Rabu, 05 November 2014

ILMU SOSIAL BUDAYA DASAR

BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang
Setiap manusia memiliki keunikan dan ciri khas tersendiri, tidak ada manusia yang persis sama. Dari sekian banyak manusia, ternyata masing-masing memiliki keunikan tersendiri. Seorang individu adalah perpaduan antara faktor fenotip dan genotip. Faktor genotip adalah faktor yang dibawa individu sejak lahir, ia merupakan faktor keturunan, dibawa individu sejak lahir. Kalau seseorang individu memiliki ciri fisik atau karakter sifat yang dibawa sejak lahir, ia juga memiliki ciri fisik dan karakter atau sifat yang dipengaruhi oleh faktor lingkungan (faktor fenotip). Faktor lingkungan (fenotip) ikut berperan dalam pembentukan karakteristik yang khas dari seseorang. Istilah lingkungan merujuk pada lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Ligkungan fisik seperti kondisi alam sekitarnya. Lingkungan sosial, merujuk pada lingkungan di mana eorang individu melakukan interaksi sosial. Kita melakukan interaksi sosial dengan anggota keluarga, dengan teman, dan kelompok sosial yang lebih besar.
Karakteristik yang khas dari seeorang dapat kita sebut dengan kepribadian. Setiap orang memiliki kepribadian yang berbeda-beda yang dipengaruhi oleh faktor bawaan genotip dan faktor lingkungan (fenotip) yang saling berinteraksi terus-menerus. faktor lingkungan (fenotip) ikut berperan dalam pembentukan karakteristik yang khas dari seeorang.

B.   Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut :
1.      Apakah yang dimaksud manusia sebagai makhluk individu dan social?
2.      Apakah peranan manusia sebagai makhluk individu dan social?

C.    Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dal penyusunan makalah ini, yakni sebagai berikut :
1.      Memperluas wawasan mengenai manusia sebagai makhluk individu dan social .
2.      Mampu mengetahui apa yang dimaksud manusia sebagai makhluk individu dan social menurut Agama Hindu.

                       
BAB II
PEMBAHASAN

A.   Manusia sebagai Makhluk Individu
Individu berasal dari kata in dan devided. Dalam Bahasa Inggris in salah satunya mengandung pengertian tidak, sedangkan devided artinya terbagi. Jadi individu artinya tidak terbagi, atau satu kesatuan. Dalam bahasa latin individu berasal dari kata individium yang berarti yang tak terbagi, jadi merupakan suatu sebutan yang dapat dipakai untuk menyatakan suatu kesatuan yang paling kecil dan tak terbatas. Manusia sebagai makhluk individu memiliki unsur jasmani dan rohani, unsur fisik dan psikis, unsur raga dan jiwa. Seseorang dikatakan sebagai manusia individu mana kala unsur-unsur tersebut menyatu dalam dirinya. Jika unsur tersebut sudah tidak menyatu lagi maka seseorang tidak disebut sebagai individu. Dalam diri individi ada unsur jasmani dan rohaninya, atau ada unsur fisik dan psikisnya, atau ada unsur raga dan jiwanya.

B.   Manusia sebagai Makhluk sosial
Manusia sejak awal kelahirannya adalah sebagai makhluk sosial (ditengah keluarganya). Makhluk yang tidak dapat berdiri sendiri tanpa bantuan orang lain. Manusia memerlukan mitra untuk mengembangkan kehidupan yang layak bagi kemanusiaan. Sebagai individu, manusia dituntut untuk dapat mengenal serta memahami tanggung jawabnya bagi dirinya sendiri, masyarakat dan kepada Sang Pencipta. 
Meskipun banyak spesies berprinsip sosial, manusia sebagai makhluk sosial akan membentuk kelompok berdasarkan ikatan / pertalian genetik, perlindungan-diri, atau membagi pengumpulan makanan dan penyalurannya, manusia dibedakan dengan rupa-rupa dan kemajemukan dari adat kebiasaan yang mereka bentuk entah untuk kelangsungan hidup individu atau kelompok dan untuk pengabadian dan perkembangan teknologipengetahuan, serta kepercayaan. Identitas kelompok, penerimaan dan dukungan dapat mendesak pengaruh kuat pada tingkah laku individu, tetapi manusia juga unik dalam kemampuannya untuk membentuk dan beradaptasi ke kelompok baru. 

Manusia sebagai makhluk sosial artinya manusia sebagai warga masyarakat. Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat hidup sendiri atau mencukupi kebutuhan sendiri. Meskipun dia mempunyai kedudukan dan kekayaan, dia selalu membutuhkan manusia lain. Setiap manusia cenderung untuk berkomunikasi, berinteraksi, dan bersosialisasi dengan manusia lainnya. Dapat dikatakan bahwa sejak lahir, dia sudah disebut sebagai makhluk sosial. 

C.   Manusia sebagai Makhluk Individu dan Makhluk Sosial
Manusia adalah makhluk individu dan juga makhluk sosial. Sebagai makhluk individu ia mempunyai kemauan dan kehendak yang mendorong ia berbuat dan bertindak. Dari apa yang diperbuatnya dan dari sikap hidupnya orang dapat mengetahui pribadi sesorang. Sebagai makhluk individu manusia ingin hidup senang dan bahagia serta menghindar dari segala yang menyusahkan. Untuk itu ia berusaha memenuhi kebutuhan hidupnya, baik kebutuhan jasmani maupun kebutuhan rohani yang dapat membawa kesenangan dan kebahagiaan dalam dirinya.
Akibat dari hal itu timbullah hak seseorang akan sesuatau, seperti hak milik akan sesuatu benda, hak menuntut ilmu, hak menikmati kesenangan dan yang lainnya. Hak itu tidak boleh diganggu oleh orang lain. Akibatnya orang pun merasa bahwa orang yang berkuasa atas haknya itu dan insyap juga bahwa ia mempunyai rasa aku. Keinsyapan ini mendorongnya untuk bertindak sendiri, terlepas dari prngaruh orang lain. Hidup sebagai mahluk pribadi semata-mata tanpa juga sebagai makhluk sosial. Manusia hanya dapat hidup dengan sebaik-baiknya dan akan mempunyai arti, apabila ia hidup bersama manusia lainnya didalam masyarakat. Tidak dapat dibayangkan adanya manusia yang hidup menyenditi tanpa berhubungan dan bergaul dengan sesama manusia lainnya. Hanya dalam hidup bersama manusia dapat berkembang dengan wajar dan sempurna. Hal ini ternyata bahwa sejak lahir sampai menunggal manusia memerlukan bantuan orang lain untuk kesempurnaan hidupnya. Bantuan ini tidak hanya bantuan untuk memenuhi kebutuhan jasmanai tetapi juga untuk kebutuhan rohani. Manusia sangat memrlukan pengertian, kasihsayang, harga diri, pengakuan, dan tangapan-tangapan emosiaonal yang sangat penting artinya bagi pergaulan dan kelangsungan hidup yang sehat. Semua kebutuhan ini yang merupakan kebutuhan rohani hanya dapat ia peroleh dalam hubungannya dengan manusia lain dalam masyarakat. Inilah kodrat manusia, sebagai mahkluk pribadi dan juga sebagai makhluk sosial. Tidak ada seorangpun yang dapat mengingkari hal ini karena ternyata bahwa manusia baru dapat disebut manusia dalam hubungannya dengan orang lain, bukan dalam kesendiriannya.
Agar hidup ini bisa baik dan tentram, maka perlu adanya hubungan yang harmonis antara seseorang dengan seseorang, antara seseorang dengan alam sekitarnya, dan antara seseorang dengan tuhannya atau yang disebut dengan konsep TRI HITAKARANA. Karena itu mereka tidak mempunyai ketentraman dalam hatinya. Hal ini akan banyak membawa kerugian.
Hubungan ini adalah hubungan antara manusia, tetapi keharmonisan hubungan itu tidak hanya antara manusia dengan manusia, tetapi harus juga dengan makhluk-makhluk lain dan alam sekitarnya. Bila kita jatuh sakit menunjukan adanya hubungan yang tidak harmonis dalam tubuh kita. Keseimbangan kerja alat-alat dalam tubuh kita terganggu. Akibat terganggu pulalah ketentraman dalam diri kita. Maka perlula keseimbangan dan keharmonisan kerja tubuh kita dikembalikan. Akhirnya bila telah seimbang maka akan kembali tentram hidup kita.
Untuk mencapai ketentraman hidup ini, perlu ada aturan-aturan dalam bertingkah laku. Tak seorangpun boleh berbuat sekehendak hatinya. Ia aharus menyesuaikan dirinya dengan lingkungan dan tunduk kepada aturan yang berlaku. Dengan demikian orang hanya bebas berbuat dalm ikatan aturan tingkah laku yang baik. Aturan untuk bertingkah laku yang baik disebut tatasusila atau etika. Mengapa manusia harus berbuat baik kepada yang lain(temasuk mahkluk lain). Agama mengajarkan kepada kita semua yang ada dialam semesta ini berasal dari satau sumber yaitu Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Jadi semua yang ada ini adalah saudara kita, karena sama-sama diciptakan oleh Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Jadi yang menjadi dasar dari semua etika /susila hindu adalah TAT TWAM ASI.
D.   Tri Hita Karana
Tri Hita Karana Merupakan Sebuah Konsep Untuk Menghasilkan Keharmonisan Yang Sempurna

Istilah tri hita karana memang tidak disebutkan secara spesifik dalam sloka-sloka Veda. Ia merupakan sebuah konsep yang lahir dari ajaran-ajaran agama Hindu  berhubungan dengan bagaimana hubungan manusia dengan apa yang ada disekitarnya dan yang menciptakannya. Tri hita karana popular dengan istilah Parhyangan, Pawongan dan Palemahan. Yaitu sebagai berikut:

1. Parhyangan
Parahyangan adalah hubungan harmonis antara manusia dengan Ida Sang Hyang Widi Wasa / Brahman sang pencipta / Tuhan Yang Maha Esa. Sebagai Umat beragama atas dasar konsep theology yang diyakininya khususnya Umat Hindu yang pertama harus dilakukan adalah bagaimana berusaha untuk berhubungan dengan Sang Pencipta melalui kerja keras sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Untuk hal ini ditempuh dengan Catur Marga yaitu empat jalan menuju Sang Pencipta yakni :
  1. Karma Marga merupakan suatu ajaran yang mendorong Umat untuk berbuat semaksimal mungkin untuk kepentingan orang banyak atau dirinya sendiri berada dalam lingkungan itu. Apa yang dikerjakannya tersebut di landasi dengan rasa tulus iklas dan tanpa pamrih. Yang dapat diperbuat dan mempunyai nilai spiritual yang tinggi adalah membangun dan membantu pembangunan tempat-tempat ibadah baik melalui memberikan dana punya ( memberikan sumbangan berupa uang atau bahan-bahan bangunan ), sehingga dapat memperlancar kegiatan pembangunan tempat-tempat ibadah tersebut dan terwujud dengan baik serta dapat dimanfaatkan sebagai mana mestinya oleh Umat beragama untuk kegiatan Keagamaan.
  2. Bhakti Marga merupakan suatu ajaran yang mendorong Umat untuk tulus iklas mengabdi atas dasar kesadaran pengabdiaan, yang dimaksudkan disini adalah selain berbhakti kepada Hyang Widi Wasa (Tuhan) juga mengabdi untuk kepentingan masyarakat, Bangsa, dan Negara.
  3. Jnana Marga merupakan suatu ajaran yang mendorong umat untuk yang mempunyai kemampuan pemikiran – pemikiran yang cemerlang dan positif untuk disumbangkan secara sukarela dan tanpa imbalan untuk kepentingan masyarakat, bangsa dan Negara.
  4. Raja Yoga Marga merupakan suatu ajaran yang mendorong umat untuk selalu menghubungkan diri dengan Tuhan melalui kegiatan sembahyang, tapa ( mengikuti untuk tidak melanggar larangan/ pantangan ), brata ( mengendalikan diri ) dan semadi ( selalu menghubungkan diri dengan berpasrah diri kepada Tuhan melalui berjapa/jikir ).
2.  Pawongan
Pawongan adalah hubungan harmonis antara sesama umat manusia. Dalam hal ini ditekankan agar sesama umat beragama untuk selalu mengadakan komunikasi dan hubungan yang harmonis melalui kegiatan Sima Krama Dharma Santhi / silahturahmi. Dan kegiatan ini dipandang penting dan strategis mengingat bahwa umat manusia selalu hidup berdampingan dan tidak bisa hidup sendirian. Oleh karena itu tali persahabatan dan persaudaraan harus tetap terjalin dengan baik.
3.  Palemahan
Palemahan adalah hubungan harmonis antara umat manusia dengan alam lingkungannya. Ajaran ini menekankan kepada umat manusia untuk tetap menjaga kelestarian lingkungan alam sekitar, sehingga terwujud keharmonisan alam dan tetap terjaganya keseimbangan ekosistem. Untuk mewujudkan keharmonisan dengan alam lingkungan, bentuk-bentuk nyata yang dapat dipedomani dan dilaksanakan khususnya bagi Umat Hindu adalah melalui pengamalan makna Tumpek Uduh, Tumpek Kandang dan Caru ( Bhuta Yajna ) dengan berbagai tingkatannya. Semuanya itu merupakan suatu tatanan yang mendasar serta mengandung konsep – konsep keseimbangan yang pada intinya memberikan dorongan untuk menumbuh kembangkan rasa cinta kasih kepada sesama dan alam lingkungan.

E.   Tat Twam Asi
Tat Twam Asi mempunyai arti engkau adalah aku dan aku adalah engkau. Makna mendasar yang dapat dipetik dari Tat Twam Asi tersebut adalah bagaimana menyayangi diri sendiri demikian juga menyayangi orang lain bahkan lingkungan sekalipun. Atas dasar itu maka tindakan hormat menghormati sesama umat beragama adalah sangat diperlukan bahkan harus dilakukan dalam kehidupan sehari-hari baik dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara







BAB III
PENUTUP

 Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1.    Manusia sebagai makhluk individu memiliki unsur jasmani dan rohani, unsur fisik dan psikis, unsur raga dan jiwa. Seseorang dikatakan sebagai manusia individu manakala unsur-unsur tersebut menyatu dalam dirinya.

2.    Manusia pada dasarnya merupakan makhluk sosial karena tidak bisa hidup dengan individu, namun ada kalanya manusia bisa menjadi manusia yang hidup sendiri (individu), biasanya manusia menjadi makhluk yang individu dikarenakan kepentingan pribadi yang orang lain tidak boleh mengetahuinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar